Satu hal yang hendaknya dicamkan benar-benar
oleh setiap hamba Allah adalah bahwa Allah Azza wa Jalla itu ghafururrahiim. Dia
adalah satu-satunya Zat yang mempunyai samudera ampunan dan kasih sayang yang
Mahaluas. Tak ada dosa sebesar apapun yang tidak tenggelam dalam samudera
ampunan dan rahmat kasih sayang-Nya, sejauh tidak menyekutukan-Nya.
Pantaslah Syaikh Ibnu Athoillah di dalam
kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Jika terlanjur berbuat dosa
maka janganlah hal itu sampai menyebabkan patah hatimu untuk mendapatkan
istiqamah kepada Tuhanmu. Sebab, kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa
terakhir yang telah ditaqdirkan bagimu."
Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan
oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan
yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan
tetapi, bagaimana pun kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk
sembuh, sehingga menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya
untuk mengobatinya. Ada empat virus perusak hati yang harus kita waspadai agar
hati yang sakit atau mati dapat disembuhkan. Sementara hati yang sudah sehat pun
dapat terawat dan terpelihara kebeningannya. Mudah-mudahan dengan mewaspadai
keempat hal tersebut Allah Azza wa Jalla menolong kita.
Salah satunya yang membuat hati ini semakin
membusuk, kotor dan keras membatu adalah tidak pandainya kita menahan pandangan.
Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar
melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat
memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku
berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang
yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi
dirinya, tidak usah heran kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu
dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.
Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan
terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia
ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang lebih mewah,
mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih banyak.
Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada
menikmati apa-apa yang dimilikinya..
Karenanya kunci bagi orang yang memiliki hati
yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim,
cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia jangan sekali-kali
melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang telah menjadi hak
kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah. Tengoklah orang
yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh
lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah, subhanallah, hati ini
akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan orang yang suka
menengadah ke atas.
Kalaupun kita akan melihat ke atas, tancapkan
pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa alam
semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan tidak
pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat.
Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor
dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam
melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan menjadi
orang yang memiliki hati bersih yang selamat.
Buya Hamka (alm) pernah berkata, "Mengapa
manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang
berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan
air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang
gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang
menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan.
Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar
keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena
sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu
dengan keindahan."
Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan
orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera
mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang
dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan
tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan
menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok
lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata
yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di
hati.
Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang
begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain
bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati.
Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan
harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang
gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan
aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka
buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular,
kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan
pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."
Sungguh berbahagialah orang yang pandai
memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya kebeningan
hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama
sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang
bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Allahu’alaM.