Wanita adalah sebuah sosok makhluk yang diciptakan Alloh SWT sebagai sumber dalam kehidupan manusia di muka bumi, sehingga dalam bahasa Arab disebut “Mar’atun” yang artinya tempat melihat atau “Nisa’un” yang artinya sumber penghidupan manusia.
Tidak ada seorang pun makhluk atau manusia dijagat raya yang tidak dilahirkan dari seorang wanita, bahkan wanita memiliki rasa dan perasaan yang penuh tanggung jawab terhadap amanah (bayi yang dikandungnya). Makanya tidak heran kalau Rasululloh SAW diutus kemuka bumi ini untuk mengangkat derajat kaum wanita yang telah berabad-abad dilecehkan, dipinggirkan serta diinjak-injak hak azasinya menjadi sesosok makhluk yang dianggap lemah oleh seluruh manusia di muka bumi. Sampai-sampai Rasululloh SAW pernah bersabda kepada seorang sahabat yang bertanya kepada beliau.
Kata Sahabat: "Setelah aku melaksanakan tugas darimu ya Rasululloh, harus kepada siapakah aku berbuat baik?
Rasul menjawab," Berbuat baiklah kepada ibumu!!”
lantas Sahabat bertanya lagi, "lalu kepada siapa lagi ya Rasululloh?”
Rasul menjawab yang kedua kalinya “berbuat baiklah kamu kepada ibumu!!”
Sahabat bertanya lagi "Setelah itu kepada siapa lagi aku harus berbuat baik?”
Rasululloh pun menjawab yang ketiga kalinya, beliau mengatakan "Kamu harus berbuat baik kepada ibumu!!!”
Sahabat bertanya lagi "Setelah aku berbuat baik kepada ibuku, kepada siapa lagi aku harus berbuat baik?”
Rasululloh menjawab yang keempat kalinya, "Berbuat baiklah kepada bapakmu!!!”
Begitulah sitiran dari sebuah hadist, selain dari hadist tersebut, Rasululloh SAW pun pernah bersabda bahwa Jannah ada pada telapak kaki ibu.
Dari ungkapan dan uraian diatas, dapat dilihat secara nyata pendapat dan pemahaman manusia yang kontradiktif dengan fitrahnya seorang wanita, sampai saat ini yang namanya makhluk bernama wanita masih dianggap sebagai makhluk yang lemah. Pemahaman tersebut mencerminkan kontradiksi terhadap kenyataan kudrot irodat Alloh SWT dan sanjungan Rasululloh SAW terhadap sosok seorang wanita.
Oleh sebab pemahaman tersebut diatas, sehingga yang namanya wanita ini dari abad ke abad, dari jaman ke jaman, sampai dari waktu ke waktu hanya dijadikan sebuah mainan dalam kehidupan duniawi. Makanya tidak heran, sampai dengan saat ini seorang wanita dijadikan sebuah komoditas serta dieksploitasi menjadi alat dan modal untuk mengeruk keuntungan dan gemerlapnya duniawi sebagai wanita, sadar atau tidak, tahu atau ta tahu, melihat atau ta melihat, merasakan atau tidak merasakan kenyataan yang ada. Sampai detik ini wanita hanya dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan dari mulai dipajang untuk alat promosi sampai dijadikan alat pemuas hawa nafsu birahi para laki-laki sehingga wanita itu sendiri tidak sadar bahwa harga dirinya sudah dianggap sampah. Sampai berani menjejerkan serta memamerkan lekuk-lekuk tubuh yang indah, yang diberikan Alloh SWT untuk menghiasi jagat raya serta membangun manusia ke tingkat hidup yang lebih baik.
Penjejeran dan pemameran lekuk tubuh wanita tersebut yang seharusnya dipelihara sebaik mungkin serta dibina dengan mental keibuan, malah sebaliknya dipajangkan dari mulai pemajangan di Koran-koran, di papan iklan sampai berjejeran di pinggir jalan dengan sedikitpun tidak merasa bahwa itu adalah menjerumuskan dirinya sendiri ke tingkat kehidupan yang sangat hina sampai berburu, berbondong-bondong siap dijual belikan oleh seorang laki-laki pada bangsa lain dengan alasan bekerja di negeri orang. Padahal yang namanya seorang wanita apalagi dia seorang ibu, tidak diperintahkan Alloh dan Rasul-Nya untuk mencari nafkah habis-habiskan. Sebab tugas wanita bukan mencari hal-hal duniawi, tapi seorang wanita bertugas untuk membangun dan membentuk manusia anak turunannya menjadi seorang manusia yang mulia dan terpuji. Artinya, sosok wanita adalah satu makhluk yang diciptakan Alloh SWT di muka bumi untuk mendidik, membina, membentuk kader-kader generasi mendatang.
Sebagaimana dalam sejarah manusia yang tercatat dalam Al Quran bahwa “yang membangun bangsa adalah sosok seorang wanita yang menjadi ibu dari anak-anaknya”
Dijelaskan lagi dalam Q.S. Al Israa’ ayat 3
(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.
Keturunan nabi Nuh menjadikannya abdi-abdi Alloh yang bersyukur, itu karena dibina oleh sang ibu untuk menjadi sumber keturunan manusia yang penuh pengabdian dan bersyukur kepada-Nya dan sebaliknya sang Kan’an yang dibangun dan dibentuk oleh seorang ibu kedalam kejahatan terlahir menjadi seorang anak yang jahat sehingga dia tenggelam dalam sebuah bencana manusia yang menyeluruh.
Itulah cermin pertama dari dua ibu yang melahirkan dua keturunan, melihat cermin diatas, ibulah yang mengakibatkan baik buruknya perilaku manusia dimuka bumi, padahal kalau melihat dari sumber pembinaanya itu sama dari seorang nabi dan Rasul, tapi yang satu mengikuti dan menaati petunjuk dan contoh suaminya yang seorang nabi dan Rasul, sementara yang satu lagi menentangnya.
Dan hal tersebut diatas merupakan gambaran bukti kenyataan sejarah tegak dan hancurnya manusia di muka bumi tergantung pada karakter seorang ibu. Dengan gambaran sejarah itu para ibu dapat mengambil ibroh serta perbandingan manusia dari jaman ke jaman sehingga lahirlah pertanyaan :
tegak dan bangunnya bangsa Indonesia dari penjajahan menjadi bangsa yang merdeka, siapakah yang membinanya?
Indonesia hari ini, hancurnya sebuah bangsa dan acak-acakannya manusia Indonesia sampai detik ini, siapakah yang membangun dan bertanggung jawab dalam mengembalikannya sebuah bangsa ke tingkat yang besar dan terpuji?
Maka dari itu hari ini sosok seorang wanita dan seorang ibu harus bangkit dan berjuang untuk membina generasi mendatang supaya bangsa Indonesia tidak terjerumus menjadi bangsa yang hina bagi anak cucu kita.