Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami ia
berkata Ali bin Bahram berkata Abdul Malik bin Abi Kariimah berkata dari Ibnu
Juraij, dari Atha' dari Jaabir, Rasulullah SAW bersabda "...Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia..." [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]
Derajat Hadits
Hadits di atas berpredikat hasan.
Selain diriwayatkan oleh Thabrani seperti di atas, matan hadits senada juga
diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dalam Al-Afrath, Al-Askari dalam
Al-Amtsal, Ibnu Abi Dunya dalam Qadhaail Jawaa'iz.
Syarah/Penjelasan Hadits
Manusia merupakan makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT dalam kondisi yang sama derajatnya; apakah ia seorang
Arab atau seorang 'Ajam. Baik ia berkulit putih, coklat, maupun hitam. Demikian
juga suku bangsa tidak membuat seseorang bernilai berbeda di sisi Allah SWT.
Lalu bagaimana seseorang bisa menjadi lebih baik dari orang lain?
Islam adalah agama yang tidak
sekedar mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya (hablumminallah) tetapi juga
mengatur hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Dua hal itu juga
menjadi dasar dalam penentuan kualitas manusia di sisi Allah SWT. Maka, hadits
di atas menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat
bagi manusia yang lain.
Pernah juga Rasulullah SAW
ditanya tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama.
Dari Ibnu Abbas RA ia berkata:
Rasulullah SAW ditanya: "Siapakah orang terbaik?" Beliau menjawab : "Yang
paling bermanfaat bagi sesama manusia"
[Ittihaaf Al-Khairat Al-Mihrah bi
Zawaa'id Al-Masaanid Al-'Usyrah juz 5 hlm.191]
Bahkan jika kita mentadabburi
Al-Qur'an, kita akan mendapatkan sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi
eksistensi sesuatu yang ditentukan oleh kemanfaatannya bagi manusia. Allah SWT
berfirman :
"..Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di
bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]
Tentu saja manfaat dalam hadits
ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang
biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah
tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa
berupa :
1. Ilmu, baik ilmu agama maupun
ilmu umum/dunia
Manusia bisa memberikan
kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama
maupun ilmu umum. Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama kemudian diajarkannya
kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang tersebut dengan datangnya hidayah
kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan yang sangat besar; lebih besar dari
unta merah yang menjadi simbol kekayaan orang Arab.
"Demi Allah, jika Allah
memberi hidayah kepada satu orang melalui dirimu, itu lebih baik bagimu daripada
unta merah" [HR. Bukhari]
Ilmu umum yang diajarkan kepada
orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan
ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan
life skill itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi
keluarganya, lalu nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak
bisa bekerja, menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi
pahala jariyah baginya.
"Jika seseorang meninggal
maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang manfaat,
dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya" [HR. Muslim]
Ilmu yang bermanfaat dalam hadits
di atas bukan sekedar ilmu agama, tetapi juga bisa ilmu umum seperti contoh di
atas.
2. Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa memberikan
manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa
bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq.
Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah.
Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang
lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian kepada
orang yang paling membutuhkan.
"Setiap mukmin wajib
bershodaqah" [HR. Bukhari]
3. Tenaga/Keahlian
Bentuk kemanfaatan berikutnya
adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan
tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan jalan kampung, kita bisa memberikan
kemanfaatan dengan ikut bergotong royong. Ketika ada pembangunan masjid kita
bisa membantu dengan tenaga kita juga. Saat ada tetangga yang kesulitan dengan
masalah kelistrikan sementara kita memiliki keahlian dalam hal itu, kita juga
bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan keahlian kita.
4. Waktu/perhatian
Adakalanya kemanfaatan yang
diperlukan seseorang bukan lagi masalah harta atau keahlian tertentu, tetapi ia
butuh teman atau orang yang mau memperhatikannya. Ini bisa terjadi pada orang
tua (kakek/nenek) yang tidak memiliki famili. Meskipun ia kaya raya dan secara
materi tercukupi tetapi ia membutuhkan perhatian orang lain. Bisa juga seorang
sahabat yang sedang ditimpa musibah, sering kali ia membutuhkan perhatian dan
waktu kita lebih dari materi apapun.
5. Sikap yang baik
Sikap yang baik kepada sesama
juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak
langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai shadaqah
karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita
telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif. Kita juga telah
memperkuat jiwa orang lain; baik disadari atau tidak.
Semakin banyak seseorang
memberikan kelima hal di atas kepada orang lain -tentunya orang yang tepat-
maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin tinggi
kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi posisinya
sebagai manusia menuju "manusia terbaik".
Selain disebutkan Rasulullah
sebagai manusia terbaik, orang yang bermanfaat bagi orang lain juga disebutkan
dalam hadits sebagai orang yang dicintai oleh Allah.
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abdurrahman Asy-Syafii, berkata kepada kami Al-Qasim bin Hasyim
As-Samsar, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Qais
Adl-Dlibbi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sukain bin Siraj,
berkata kepada kami Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, maka ia bertanya: "Ya Rasulullah, siapakah
orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza
wa jalla?" Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang paling dicintai
Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain..." [HR.
Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84]
Pada hadits di atas ada perawi
Sukain bin Siraj. Al-Haitsami menilainya
sebagai perawi dhaif, Ibnu Hibban juga menilai Sukain bin Siraj dhaif,
bahkan Imam Bukhari menilai sebagai mukarul hadits.
Meskipun hadits ini dhaif, tetapi
ia ada dalam banyak riwayat. Sehingga bisa dijadikan penguat/pendukung bagi
hadits hasan yang kita bahas di atas. Hadits lain yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
Dari Ibnu Umar ia berkata :
Seseorang bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau
cintai?" Rasulullah menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi sesama
manusia" [Jamii'ul ahaadits juz 36 hlm.422]
"Orang yang paling dicintai
Allah Azza wa Jalla adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia"
[Majmu'ad Az-Zawaaid wa Manii'u Al-Fawaaid juz 8 hlm.121]
Pokok-pokok Kandungan Hadits
- Orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain
- Orang yang bermanfaat bagi orang lain termasuk golongan orang yang dicintai Allah SWT
- Manusia hendaklah memberikan kemanfaatan kepada sesamanya baik berupa ilmu, materi/harta, tenaga/keahlian, waktu/perhatian, dan sikap yang baik