Indikator
Kemenangan Bulan Ramadhan
Ada satu pertanyaan besar yang seharusnya
ada dalam benak kita, apa yang telah kita dapat selama bulan penuh rahmat dan
ampunan ini? Apakah yang telah didapat setelah menjalankan ibadah puasa selama
sebulan penuh di bulan Ramadhan? Apakah ada yang kita dapat dari hikmah
puasa yang bakal kita terapkan dalam kehidupan sehari – hari kita setelah
Ramadhan? Apakah puasa kita kali ini tidak jauh beda dengan puasa-puasa sebelumnya?
Bagaimana kehidupan kita setelah puasa berakhir, adakah hal yang baru
akan kita jalani sebagai hikmah Ramadhan ? Apakah segala sesuatunya lebih baik
dari sebelum kita melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan???
Maaf, saya
yakin. kita semua tidak mau dituduh beribadah puasa karena mengikuti tradisi.
Bagaimanapun juga dalih kita berpuasa karena benar-benar mau
mengikuti ajaran agama sebagaimana dinyatakan bahwa ‘puasa adalah kewajiban
yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman.’ Kita
berpuasa karena kita ingin masuk bagian dari orang yang beriman, mau menjadi
orang-orang yang bertakwa.
Hasil dari
kegiatan pendidikan dan latihan kita selama Ramadhan seharusnya bisa menjadi
bekal bagi kita untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar selama sebelas
bulan berikutnya. Keberhasilan kita menjalankan ibadah puasa diibaratkan dengan
kembalinya kita ke fitrah, seperti bayi yang baru lahir, menjadi manusia
yang kembali suci. Puasa kita yang berhasil tentu saja puasa yang
diterima oleh Allah SWT. Inilah yang dikatakan
telah meraih kemenangan.
Tentang hal
ini hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui. Sedangkan kemenangan menurut kita,
tentu bisa kita pahami dan rasakan sendiri dan bersifat sangat individual. Kita
semua mungkin saja mengklaim bahwa diri kita telah meraih kemenangan. Namun, bagaimanapun indikator kemenangan tersebut bisa saja
kita ketahui.
Sikap tidak
mau menerima kekalahan sebetulnya sangat bagus dalam konteks Ramadhan. Jika
tidak mau kalah maka lakukanlah ibadah puasa Ramadhan dengan kesungguhan dan
menyelesaikannya hingga akhir. Janganlah hanya tidak mau kalah tetapi tidak
bersungguh - sungguh menjalankannya. Kemenangan harus diperjuangkan melalui
proses yang di dalamnya ada lika-liku kesulitan.
Kemenangan
dalam puasa Ramadhan harus kita terapkan juga dalam kehidupan sehari -
hari. Kemenangan di bulan Ramadhan bukanlah karena kita mengalahkan orang lain,
melainkan karena mengalahkan apa yang ada dalam diri kita. Orang-orang bijak
banyak berkata, pertempuran yang paling berat bukanlah ketika melawan
musuh-musuh dalam peperangan, melainkan ketika kita melawan diri kita sendiri.
Nabi Muhammad SAW juga menyatakan hal sama, ketika beliau ditanya seusai
Perang Badar, Beliau menyebut perang melawan hawa nafsu sendiri jauh lebih
besar dari perang Badar yang saat itu dikenal sangat dahsyat.
Meraih
kemenangan bisa pula kita pahami sebagai keberhasilan kita dalam meraih sesuatu
yang baru. Kemenangan di sini diartikan sebagai adanya perubahan yang kita
alami dari kondisi sebelumnya. Hal ini berarti, meraih kemenangan adalah
kemampuan kita dalam melakukan perubahan. Apa perubahan setelah kita
melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh? Pertanyaan yang sangat bermakna karena
jika tidak ada perubahan, berarti tidak ada hal baru yang kita petik dari
sebelum dan sesudah puasa. Lebih jauh, sama saja kita tidak kalah.
Perubahan
adalah hal yang alami, tidak bisa dihindari. Masalahnya, ada perubahan
yang berada di bawah kendali kita dan ada pula yang di luar kekuasaan kita.
Perubahan umur misalnya, sudah jelas tidak bisa kita hindari. Hal-hal di luar
diri kita juga tidak bisa kita kendalikan perubahannya, apalagi berbagai
kejadian seperti bencana alam. Artinya, perubahan yang bisa kita kendalikan
adalah dalam konteks sikap dan prilaku kita sendiri. Makna perubahan dalam
konteks meraih kemenangan di bulan Ramadhan adalah dalam perubahan sikap dan
prilaku kita.
Kitalah
penentu, apakah mau mengubah sikap dan prilaku kita atau tidak. Apalagi jika
kita merasa sudah baik dan benar atau merasa tidak ada yang salah, maka
sulitlah kita mau melakukan perubahan. Begitu pula kalau kita menilai perubahan
itu di luar kendali kita, maka semuanya berlalu begitu saja tanpa harus
melakukan perubahan yang disengaja. Padahal, jika tidak mau melakukan perubahan
atas diri kita maka perubahan itu tetap terjadi tetapi bentuknya ditentukan di
luar diri kita.
Biasanya,
perubahan yang tidak dikendalikan selalu perubahan yang tidak diinginkan.
Karena itulah, puasa selama Ramadhan bisa digunakan sebagai sarana untuk
menciptakan perubahan yang sesuai dengan keinginan kita tetapi dalam bimbingan
Ilahi. Kita menempa diri kita agar mampu mengendalikan perubahan atau
mengarahkan kita untuk menuju perubahan sesuai tuntunan ajaran agama. Lewat
puasa kita mengubah sikap dan prilaku yang bisa mengantarkan kita kepada
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Bulan Ramadhan tanpa
terasa sudah tiba di pertengahan bulan. Saking nikmatnya kita di dunia, waktu
terasa berlalu sangat cepat. Sambil menjalani ibadah Ramadhan, masyarakat sudah
merancang jauh untuk mempersiapkan segala sesuatu menjelang suasana lebaran.
Pusat perbelanjaan terlihat lebih ramai daripada Shalat Tarawih.
Mari kita sama – sama
merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan selama menjalankan ibadah
Ramadhan. Kecenderungan kita dalam melaksanakan ibadah puasa, kebanyakan hanya
sebagai ritual rutin karena bulan Ramadhan akan selalu ada setiap tahun. Banyak
orang berpuasa karena memang ini bulan untuk berpuasa. Artinya puasa kita tidak lebih karena melaksanakan
tradisi.
Akan tetapi, realitanya, puasa bulan
Ramadhan ini memang sudah masuk ke dalam tradisi. Saudara-saudara kita yang non
muslim juga ikut menghormati, memberi toleransi bagi yang berpuasa. Bahkan
tidak sedikit pula yang ikut dalam tradisi Ramadhan, setidaknya ikut dalam
kegiatan acara buka puasa bersama. Malahan ada pula yang ikut memfasilitasi
kegiatan Ramadhan, seperti menyediakan makanan buka puasa.
Puasa Ramadhan
memang mengandung makna pengembangan solidaritas sosial. Aktifitas puasa, tidak
makan dan minum di siang hari, dihayati sebagai praktik untuk menghayati rasa
lapar dan haus yang sering dirasakan oleh kaum yang tidak punya. Ketika rakyat Indonesia masih
banyak yang hidup dalam kemiskinan, puasa benar-benar bermakna untuk
menyadarkan kita bahwa solidaritas sosial mutlak ada pada diri setiap kita.
Selama puasa pula kita dianjurkan banyak berinfak dan bersedaqah. Malahan saat
puasa akan berakhir, solidaritas itu kita tunjukkan secara nyata lewat
kewajiban menunaikan zakat fitrah.
Puasa Ramadhan juga
merupakan ajang pendidikan dan latihan. Di Saat puasa kita ditempa fisik dan
mental agar menjadi orang-orang yang prima, memiliki fisik yang sehat dan
mental spiritual yang kuat. Ketika berpuasa kita dilatih menjadi orang yang
mampu mengendalikan dan menahan diri dari segala godaan. melalui puasa kita
menjernihkan hati dan pikiran, menanamkan nilai moral spiritual yang memberi
bekal dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Dalam kehidupan sehari –
hari kita selalu mengalami menang atau kalah? Dalam olahraga ataupun perlombaan
lainnya selalu ada menang dan kalah. Termasuk salah satunya dalam kehidupan
politik, istilah menang dan kalah juga sering dialami, terutama bagi mereka
yang ikut dalam pemilihan kepala daerah ataupun legislatif. Akan tetapi, lebih
banyak yang tidak ikhlas menerima kekalahan.
Dengan demikian jika
meraih kemenangan diartikan sebagai adanya perubahan dari sikap dan prilaku
kita, sungguh suatu indikator paling tepat untuk menilai apakah kita menang
dari proses pendidikan dan latihan Ramadhan. Namun, bisa pula kita
menilai betapa berat untuk meraih kemenangan tersebut. Apalagi
kecenderungannya, sikap dan prilaku kita setelah Ramadhan, banyak tidak jauh
berbeda ketika sebelum Ramadhan. Kita malah sudah mempresepsikan bahwa kita
akan kembali seperti sebelum Ramadhan, ketika Ramadhan sudah berlalu. Ramadhan
tidak lebih sebagai suatu persinggahan waktu yang kita lalui begitu saja. Jika
seperti ini yang terjadi, kemenangan apa yang diraih?.
Kitalah yang
menjadi penentu utama bagaimana kita mengambil hikmah Ramadhan dalam konteks
upaya kita meraih kemenangan. Ajaran Islam tentu sudah punya tuntunan
sebagaimana terkandung dalam Al Quran dan Sunnah Rasul. Tinggal Kita yang
menentukan memilih mana yang terbaik buat kehidupan kita. Pilihan tersebut
tentu banyak ditentukan dari referensi yang kita gunakan. Mudah-mudahan
referensi atau acuan tersebut benar-benar sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah.
Semoga kita benar-benar menjadi orang
yang meraih kemenangan, sehingga
kita menjadi Fitri dan menjadi insan yang lebih baik setelah kita melaksanakan
ibadah di bulan Ramadhan ini.